Kamis, 06 September 2012

Keris, Senjata Tradisional Jawa Tengah



Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam yang memiliki kemiripan dengan keris adalah badik. Senjata tikam lain asli Nusantara adalah kerambit.




Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesoris (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Penggunaan keris tersebar pada masyarakat penghuni wilayah yang pernah terpengaruh oleh Majapahit, seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara,Sumatra, pesisir Kalimantan, sebagianSulawesi, dan lain-lain. Keris Indonesia telah terdaftar di UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-Bendawi Manusia sejak 2005.


Keraton Kasunan

Keraton Surakarta 
 


Keraton Kasunanan disebut juga Keraton Surakarta Hadiningrat, dibangun oleh Raja Paku Boewono ke-2 pada tahun 1745 Masehi, sebelumnya ibukota keraton berada di kartosura yang berjarak lebih kurang 12 km barat kota Solo.

Istana ini mempunyai arsitektur tradisional Jawa dengan menara yang terkenal yang disebut 'panggung Songgo Buwono'. Selain itu, terdapat lingkungan pendukung sperti pintu Gladag dan Pamurakan, dua alun-alun di utara dan selatan komplek keraton, serta masjid Agung dan pasar Klewer. Di dalam istana terdapat galeri seni dan museum yang menyimpan bermacam koleksi, seperti kereta kencana, pusaka kerajaan, senjata tradisional, wayang kulit, patung antik dan artefak berharga serta beragam karya seni lainnya.

Secara umum pembagian keraton meliputi: Kompleks Alun-alun Lor/Utara, Kompleks Sasana Sumewa, Kompleks Sitihinggil Lor/Utara, Kompleks Kamandungan Lor/Utara, Kompleks Sri Manganti, Kompleks Kedhaton, Kompleks Kamagangan, Kompleks Srimanganti Kidul/Selatan dan Kemandungan Kidul/Selatan, serta Kompleks Sitihinggil Kidul dan Alun-alun Kidul. Kompleks keraton ini juga dikelilingi dengan baluwarti, sebuah dinding pertahanan dengan tinggi sekitar tiga sampai lima meter dan tebal sekitar satu meter tanpa anjungan. Dinding ini melingkungi sebuah daerah dengan bentuk persegi panjang. Daerah itu berukuran lebar sekitar lima ratus meter dan panjang sekitar tujuh ratus meter.

Kompleks keraton yang berada di dalam dinding adalah dari Kemandungan Lor/Utara sampai Kemandungan Kidul/Selatan. Kedua kompleks Sitihinggil dan Alun-alun tidak dilingkungi tembok pertahanan ini. Kompleks ini memiliki bangunan utama diantaranya adalah Sasana Sewaka, nDalem Ageng Prabasuyasa, Sasana Handrawina, dan Panggung Sangga Buwana menara tempat bertemunya Raja dengan Ratu Kidul(Penguasa laut selatan).


Keraton Yogyakarta 




Keraton Yogyakarta (Jogja) atau sering disebut dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat terletak di jantung provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY), Indonesia. Karena tempatnya berada di tengah-tengah Jogja, dimana ketika di ambil garis lurus antara Gunung Merapi dan Laut Kidul, maka Keraton menjadi pusat dari keduanya. Keraton atau Kraton Jogja merupakan kerajaan terakhir dari semua kerajaan yang pernah berjaya di tanah jawa. Ketika kerajaan hindu-budha berakhir kemudian di teruskan dengan kerajaan islam pertama di Demak, lalu berdiri kerajaan yang lain seperti Mataram islam yang di dirikan oleh Sultan Agung lalu berjalan dan muncul Keraton Jogja yang didirikan oleh Sultan Hamengku Bowono I. Hingga sekarang, keraton Jogja masih menyimpan kebudayaan yang sangat mengagumkan.
 
 
 
Dalam perkembangannya, Keraton Jogja banyak mengalami masa pasang surut kepemimpinan dan terjadi perpecahan. Yang paling terkenal adalah perjanjian Giyanti pada tahun 1755, dimana kerajaan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu wilayah timur yang sekarang menjadi Keraton Surakarta dan wilayah barat yang disebut dengan Keraton Jogjakarta. Namun, Keraton Jogja juga banyak menyimpan sejarah yang tak bisa dilupakan begitu saja oleh bangsa Indonesia, termasuk dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.



Kesenian Ketropak


Ketoprak di Jawa Tengah 

 

Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer di Jawa tengah, namun terdapat juga di Jawa Timur. Masyarakat Jawa Tengah/Timur umumnya sangat mengenal Ketoprak. Seolah-olah Ketoprak menjadi satu dalam kehidupan masyarakat di Jawa tengah dan mengalahkan kesenian lainnya seperti Srandul, Emprak dan kesenian rakyat lainnya.

Ketoprak pada mulanya hanya merupakan permainan orang-orang desa yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung secara berirama diwaktu bulan purnama, dengan sebutan gejog. Kemudian ditambah dengan tembang (nyanyian) yang dilakukan bersama dengan orang kampung/desa yang sedang menghibur diri dan akhirnya ditambah dengan gendang, terbang dan suling, maka lahirlah Ketoprak Lesung, yang diperkirakan sekitar tahun 1887. Baru pada sekitar tahun 1909 untuk pertama kalinya dipentaskan Ketoprak yang berbentuk pertunjukan lengkap.






Ketoprak pertama yang secara resmi dipertunjukan di depan umum, ialah Ketoprak Wreksotomo, yang dibentuk oleh Ki Wisangkoro, dengan pemain semuanya pria. Cerita yang dipentaskan masih sangat sederhana yaitu dengan cerita : Warso - Warsi, Kendono Gendini, Darmo - Darmi, dan lain sebagainya.

Setelah itu perkembangan Ketoprak sangat maju dan digemari oleh masyarakat, terutama berkembang di daerah Yogyakarta. Perkembangan Ketoprak yang dimulai dari pertunjukan permainan lesung. Kemudian menjadi pertunjukan Ketoprak lengkap dengan cerita dan gamelan yang mengiringi, serta pengaruh - pengaruh teater bangsawan yang menyelinap ke tubuh pertunjukan Ketoprak, dapat disusun sebagai berikut :
a. Kotekan Lesung : sebagai asal mula dan benih untuk berkembang menjadi pertunjukan Ketoprak.

b. Ketoprak Lesung Mula : yaitu dikembangkan dari kotekan Lesung ditambah dengan tari-tarian dan dilengkapi dengan cerita yang sederhana. Kehidupan petani sehari-hari.

c. Ketoprak Lesung : sudah merupakan petunjukan lengkap dengan cerita-cerita rakyat dengan iringan gamelan sederhana gendang, suling, terbang dan lesung. Dari bentuk inilah sebenarnya pertunjukan Ketoprak lahir.

d. Ketoprak Gamelan : perkembangan dari Ketoprak Lesung, dilengkapi dengan cerita Panji ditambah dengan pakaian 'mesiran' (seribu satu malam).

e. Ketoprak Gamelan yang sampai sekarang : cerita-cerita yang dihidangkan kebanyakan adalah cerita Babad, yang paling populer sampai sekarang ini. Pertunjukannya meskipun di alam terbuka, namun sudah mulai mendekat ke Gedung/panggung, yaitu yang disebut Ketoprak Pendopo (dipertunjukan di depan 'Pendopo').

f. Ketoprak Panggung : merupakan perkembangan terakhir, yaitu pertunjukan Ketoprak yang dilakukan di panggung dengan cerita campuran, baik cerita rakyat, sejarah, babad maupun cerita-cerita adaptasi dari cerita luar (Sampek Eng Tay, Pencuri dari Bagdad dan lain sebagainya).







Ketoprak yang pada mulanya kesenian rakyat yang dipertunjukan di alam terbuka dengan tidak menggunakan perlengkapan dan panggung, tetapi pada perkembangannya justru dipentaskan dipanggunng dalam gedung, yang dengan sendirinya mengarah ke pertunjukan yang profesional, dimana para pemainnya hidup dari bermain Ketoprak dan para penontonnya membayar karcis. Hingga pertunjukan Ketoprak diusahakan agar lebih menarik para penonton baik dari segi teknis, maupun cerita-cerita yang dihidangkan agar tidak membosankan para penonton. Perkembangan terakhir dapat dilihat pada Ketoprak "Siswo Budoyo" Tulung Agung, Jawa timur yang berkembang pesat, penuh pembaruan teknis, dengan daya tarik yang memikat dan digemari masyarakat.
 
Cerita yang paling digemari adalah cerita yang bersifat kepahlawanan, perjuangan ke arah yang benar, dan menentang penindasan sewenang - wenang dan di akhiri bagi yang benar, jujur dan baik.

Pakaian (kostum) para pemain disesuaikan dengan cerita yang dibawakan, sesuai dengan kostum yang dipakai saat itu. Umumnya cerita ketoprak adalah pakaian resmi yang digunakan masyarakat waktu itu.
 
Alat ekspresi yang digunakan dalam pertunjukan Ketoprak yang merupakan ciri-ciri Ketoprak adalah adanya unsur/elemen : cerita yang dimainkan, tabuhan (gamelan) yang mengiringi, tembang (nyayian) yang digunakan, tarian (gerak-gerak indah yang dipergunakan), busana/pakaian (Kostum).
 
Tembang merupakan salah satu ciri Ketoprak lama dan sering juga dalam berdialog menggunakan tembang. Oleh karena itu tembang mempunyai fungsi sebagia pengiring adegan, untuk berdialog, untuk monolog (berbicara sendiri) dan/atau sebagai penjeritaan (narasi).

Sedangkan musik (gamelan) disamping mengiringi tembang, juga dapat berdiri sendiri, berfungsi sebagai : pengiring adegan, ilustrasi penggambaran suasana cerita, memberi tekanan dramatik, penyekat adegan yang satu dengan yang lain, digunakan untuk menimbulkan efek suara yang dikehendaki.
 
Yang perlu diingat  pertunjukan ketoprak harus menggunakan unggah-ungguh bahasa jawa yang baik dan sopan.
 
 

Rabu, 05 September 2012

Jenis - Jenis Gamelan Jawa Tengah




Gamelan Jawa terbagi menjadi dua laras atau tuning yang berbeda yakni laras Slendro dan larasPelog

Laras adalah susunan nada-nada dalam satu gembyangan (oktaf) yang sudah tertentu tinggi rendah dan tata 

intervalnya. Laras Slendro terdiri dari 5 nada, sedangkan Laras Pelog dibagi menjadi 7 deret nada. Gamelan 

disajikan sebagai iringan wayang atau sebagai sajian karawitan bebas atau klenengan atau konser gamelan.
Para penabuh gamelan disebut Niyogo, beberapa penyanyi wanita yang disebutPesinden dan beberapa 

penyanyi pria yang disebut Wira Swara juga merupakan bagian dari suatu sajian gamelan untuk mengiiringi wayang atau klenengan.


Dalam sajian karawitan tradisi, ricikan kendang berfungsi sebagai pengatur atau pengendali (pamurba

irama lagu/gending. Cepat lambatnya perjalanan dan perubahan ritme gending-gending tergantung pada 

pemain kendang yang disebut pengendang.

Dalam tata iringan pakeliran gaya Jawatimuran peranan ricikan gender lanang atau gender penerus sangat 

penting, karena berfungsi sebagai penuntun atau membimbing laras atau tuning dalang dalam membawakan 

sulukan dan melakukanbuka atau introduksi pada sajian gadhingan yang dikehendaki oleh dalang melalui 

sasmita tertentu, biasanya dengan dhodhogan mbanyu tumetes.




 Nama Instrumen Gamelan dan Fungsinya




Rebab


Rebab


Rebab adalah instrumen (ricikan) gamelan yang bahan bakunya terdiri dari kayu, kawat (string), semacam 

kulit yang tipis untuk menutup lubang pada badan rebab (babat), bagian rebab atau badan rebab yang 

berfungsi sebagai resonator (bathokan)rambut ekornya kuda yang berfungsi sebagai alat gesek (kosok

namun untuk saat ini lazim menggunakan senar plastik, dan kain yang dibordir sebagai penutup bathokan

Cara membunyikan rebab dengan cara digesek dengan alat yang disebut kosok. Dalam sajian karawitan 

rebab berfungsi sebagai Pamurba Yatmoko atau jiwa lagu, rebab juga sebagai pamurba lagu melalui garap 

melodi lagu dalam gending-gending, melaksanakan buka atau introduksi gending, senggrengan, dan 

Pathetan agar terbentuk suasana Pathet yang akan dibawakan. Rebab juga berfungsi untuk mengiringi 

vokal yang dibawakan oleh ki dalang. Utamanya pada lagu jenis Pathetan danSendhon.



Kendang




Kendang adalah instrumen gamelan yang bahan bakunya terbuat dari kayu dan kulit. Cara membunyikan


 kendang dengan cara dipukul dengan tangan (di-kebukatau di-tepak). Ukuran kendang Jawatimuran yang 

dipakai dalam pedalangan terdiri dari 3 (tiga) jenis kendang. Yakni kendang Gedhe, kendang Penanggulan 

(tradisi Jawa Tengah dinamakan ketipung), dan kendang Gedhugan (tradisi Jawa Tengah dinamakan 

kendang ciblon atau sejenis). Dalam sajian karawitan tradisi, ricikankendang berfungsi sebagai pengatur atau 

pengendali (pamurba) irama lagu/gending. Cepat lambatnya perjalanan dan perubahan ritme gending-gending 

tergantung pada pemain kendang yang disebut pengendang. Hidup atau berkarakter dan tidaknya sebuah 

lagu atau gending itu tidak terlepas dari keterampilan serta kepiawaian seorang pengendang dalam 

memainkan ukel atauwiled kendangannya dalam mengatur laya atau tempo. Mengingat begitu pentingnya 

peranan ricikan kendang dalam tata iringan karawitan, biasanya seorang dalang membawa pengendang 

sendiri dalam setiap pementasannya. Dengan membawa pengendang sendiri seorang dalang akan lebih 

mantap dalam menggelarpakelirannya. Para dalang menganggap kendang adalah bagian dari belahan 

jiwanya ketika ki dalang menggelar pakelirannya. Seorang pengendang bawaan dalang (gawan) biasanya 

sudah memahami dengan baik selera atau keinginan ki dalang. Ibarat pengemudi ia memahami betul 

bagaimana selera tuannya.



Gender




Gender merupakan bagian dari perangkat ricikangamelan yang bahan bakunya terbuat dari logam perunggu,


 kuningan dan/atau besi. Sedangkan bahan yang paling bagus adalah yang terbuat dari perunggu. Gender dari 

bahan perunggu selain tampilannya menarik, bunyinya juga lebih bagus karena bahan tersebut mampu 

menghasilkan suara yang nyaring dan jernih bila perbandingan campuran logamnya seimbang, yakni antara 

tembaga dengan timah putih. Gender terdiri dari rangkaian bilah-bilah yang di sambung oleh tali yang disebut 

pluntur dan di topang oleh sanggan yang terbuat dari bahan logam, bambu, dan/ atau tanduk binatang 

(sungu) yang telah dibentuk sedemikian rupa sehingga terkesan serasi dan bagus. Untuk menghasilkan bunyi 

atau suara yang bagus dan tampilan indah, rangkaian bilah-bilah gender diletakkan di atas rancakan yang 

ditengah-tengah bagian bawahnya diberibumbung (bahan dari bambu) dan atau logam (seng) yang berfungsi 

sebagai resonator. Bentuk dan ukurannya diwujudkan sedemikian rupa berdasarkan besar kecilnya bilah dan 

ditambah dengan asesoris serta ukir-ukiran pada rancaknya. Jumlah ricikan gender yang ada dalam 

seperangkat gamelan ageng terdiri dari 2 (dua) set, yakni Gender Barung (Babok) dan Gender Penerus 

(Lanang). Adapunlarasnya terdiri dari gender laras Pelog yaitu Pelog barang dan Pelog nem (duarancak

dan gender laras Slendro (satu rancak). Fungsi gender khususnya dalam tata iringan karawitan pakeliran 

gaya Jawatimuran adalah sebagai panuntuning laras agar ki dalang tidak kehilangan ngeng (suasana 

laras/nada dalam Pathet). Dan juga berfungsi sebagai pengiring sulukan dalang ketika sedang 

membawakanSendhonPathetan, Bendhengan, maupun tembang. Di samping itu juga mempunyai peranan 

untuk membangun suasana kelir (adegan wayang yang sedang berlangsung), ketika mengiringi janturan atau 

pocapan melalui gadhingan yang di minta oleh dalang. Dalam tata iringan pakeliran gaya Jawatimuran 

peranan ricikangender lanang atau gender penerus sangat penting, karena berfungsi sebagai penuntun atau 

membimbing laras dalang dalam membawakan sulukan dan melakukan buka atau introduksi pada sajian 

gadhingan yang dikehendaki oleh dalang melalui sasmita tertentu, biasanya dengan dhodhogan mbanyu 

tumetes.



 Bonang




Bonang merupakan bagian perangkat ricikan gamelan yang berbentuk penconyang ukurannya lebih kecil 


dari kenong. Bahan bakunya bisa perunggu, kuningan, dan besi. Dalam pengelompokanricikangamelan, 

bonang termasuk dalam ricikan garapngajeng, selain ricikangender, rebab, dan kendang. Ricikan Bonang 

pada sajian karawitan utamanya untuk menyajikan gending-gending Bonangan atau Soran, dalam tabuhan 

tradisi karawitan Jawatimuran adalah penyajian gending-gending Giro dan Gagahan, serta juga berfungsi 

sebagai instrumen pembuka atau introduksi gending. Di dalam seperangkat gamelan jumlah boning ada 2 set 

yakni satu set bonang berlaras Slendro terdiri dari boning barung (babok) dan bonang penerus dengan 

jumlah pencon kurang lebih 12 bilah. Sedangkan laras Pelog dalam satu set terdiri dari boning barung dan 

bonang penerus, dengan jumlah 14 bilah pencon. Adapun teknik memainkan atau menabuh bonang dengan 

cara dipukul dengan alat pemukul khusus bonang. Teknik tabuhan terdiri dari (a) Gembyang yaitu cara 

memukul dua nada bonang yang sama secara bersama dengan jarak satu gembyang (oktaf). Contoh nada 6 

atas dengan 6 bawah ditabuh secara bersama-sama. (b) Mipil yaitu teknik memukul nada bonang dengan 

cara satu persatu secara bergantian. Contoh 1 2 1 2 3 2 3 2 ditabuh secara bergantian antara tangan kiri 

dengan kanan. (c) Kempyung yaitu teknik memukul dua nada bonang yang berbeda dengan jarak 2 nada 

secara bersama. Contoh nada 5 dengan 1, nada 6 dengan 2 ditabuh secara bersama-sama. (d) Pancer yaitu 

teknik memukul satu nada boning lebih dari sekali secara terus menerus. Contoh 1 1 1 - 3 3 3 – dan 

seterusnya.


 Slentem




Slentem adalah bagianricikan gamelan yang berbentuk bilah seperti gender, namun ukurannya lebih besar 

yaitu panjang dan lebarnya. Jumlah slentem dalam satu perangkat gamelan ada 2 rancak yakni slentem laras 

Slendro dan slentem laras Pelog. Teknik tabuhanricikan slentem dalam tata iringan karawitan terdiri dari 

mbalung, gemakan, paparan, dan pinjalan. Khusus teknik tabuhan slentem yang dinamakan gemakan dan 

paparan adalah yang ada pada sajian karawitan gaya Jawatimuran. Dalam tata sajian karawitan slentem 

berfungsi sebagai pamangku lagu.



Demung




Demung merupakan bagianricikan gamelan berbentuk bilah seperti saron tetapi ukurannya lebih besar, 


berfungsi sebagai pamangku lagu dalam sajian karawitan dan juga untuk tabuhan balungan gending. Dalam 

satu set gamelan jumlah demung minimal ada 2 rancak yakni demung laras Slendro dan demung laras 

Pelog. Dewasa ini dalam satu perangkat gamelan ageng jumlah instrument demung sering lebih dari satu set. 

Penambahan jumlah perangkat ini bertujuan ganda yaitu untuk membuat suasana tabuhan lebih ramai atau 

regeng, sehingga tujuan yang ingin di capai dalam penataan iringan bisa terwujud. Pada sisi yang lain, 

penambahan jumlah instrumen juga untuk menampilkan kesan kolosal atau semarak, sehingga semakin 

menarik penonton.



Saron




Saron merupakan bagian ricikangamelan berbentuk bilah dengan ukuran lebih kecil dari pada demung. 


Untuk iringanpakeliranwayang kulit Jawatimuran, minimal terdiri dari 2 set saron Slendro dan 2 set saron 

Pelog. Jumlah bilah saronSlendro untuk wayangan Jawatimuran ada 9 bilah, dengan urutan bilah nada di 

mulai dari nada 6 (nem) rendah atau ageng sampai dengan nada 3 (lu) tinggi atau alit. Dalam pedalangan 

Jawatimuran peranan saron sangat dominan, karena saron sebagai pembuat lagu atau melodi, terutama untuk 

bentuk gending-gending Ayak, Gedog Rancak, Krucilan, dan Gemblak/Alap-alapan. Posisi keberadaan 

saron di lihat dari aspek fungsinya dalam iringan pedalangan Jawatimuran bisa dikategorikan dalam 

kelompok ricikan garap, karena ricikan saron memiliki berbagai macamcengkok sekaran atau kembangan 

sesuai dengan Pathetnya. Dan sebagai tanda (tengara) bahwa tabuhan akan berganti Pathet, misalnya di 

dalam wayangan semalam suntuk ketika suasana Pathet Wolu akan berubah ke Pathet Sanga, maka 

kembangan atau cengkok saronan gending ayak Wolu menggunakan pancer 3 (lu). Adapun teknik 

tabuhannya meliputi teknik tabuhan mbalung, imbal, dan kinthilanyaitu khusus teknik tabuhan gaya 

Jawatimuran.




Saron Penerus (Peking)




Saron penerus atau peking merupakan bagian ricikan gamelan berbentuk bilah yang ukurannya lebih kecil 


dari pada ricikan saron. Dalam sajian karawitan bebas atau klenengan atau iringan pakeliran khususnya 

gaya Jawatimuran saron penerus atau peking berfungsi sebagai timbangan, artinya mengimbangi bonang 

penerus dalam membuat melodi lagu, sehingga pengrawit menyebut teknik tabuhan saron penerus dengan 

sebutan teknik tabuhan timbangan.



 Ketuk dan Kenong



                      
                             Kethuk                                                                 Kenong
                      
Ketuk dan kenong merupakan bagian ricikangamelan berbentuk pencon. Dalam sajian karawitan bebas 

atau klenengan maupun karawitan iringan, kenong dan ketuk berfungsi sebagai ricikan pamangku irama. 

Teknik memainkan ketuk dan kenong dengan cara dipukul dengan alat pemukul yang disebuttabuh. Adapun 

teknik tabuhannya meliputi teknik tabuhan nitir, yaitu teknik tabuhan kenong yang dalam satu sabetan 

balungan terdapat dua pukulan (thuthukan) atau pukulan dua kali, misalnya tabuhan kenong pada gending 

sampak, teknik tabuhan ngedhongi,plesetan, dan teknik kenong goyang.



Kempul dan Gong



Kempul



Gong


Gong merupakan bagianricikan gamelan berbentuk pencon. Rangkain instrumen gong terdiri dari kempul, 


gong suwukan, gong berlaras Barang, dan gong besar (ageng) yang ditata pada gayor yaitu tempat untuk 

menggantung kempul dan gong. Dalam sajian karawitan bebas dan iringan, gong berfungsi sebagai pamangku 

irama selain instrumen ketuk dan kenong. Sedangkan dalam iringan pedalangan gaya Jawatimuran berfungsi 

sebagai pemberi aksen yaitu tekanan berat dalam tabuhan khususnya adegan perang, terutama pada 

gending-gending Ayak, Krucilan, Alap-alapan atau Gemblak, dan Gedog Rancak.



Gambang




Gambang merupakan bagian ricikan gamelan yang terbuat dari bahan kayu berbentuk rangkaian atau 


deretan bilah-bilah nada yang berjumlah dua puluh bilah. Cara membunyikan gambang adalah dipukul 

dengan tabuh khusus gambang. Fungsi gambang dalam sajian karawitan sebagaipangrengga lagu. Dalam 

satu perangkat gamelan biasanya terdiri dari dua set gambang dalam laras Pelog dan Slendro.



Siter




Siter merupakan bagianricikan gamelan yang sumber bunyinya adalah string (kawat) yang teknik 


menabuhnya dengan cara di petik. Jenis instrumen ini di lihat dari bentuk dan warna bunyinya ada tiga 

macam, yaitu siter, siter penerus (ukurannya lebih kecil dari pada siter), dan clempung (ukurannya lebih besar 

dari pada siter). Dalam sajian karawitan klenengan atau konser dan iringan wayang fungsi siter 

sebagai pangrengga lagu.



Suling




Jenis instrumen gamelan lainnya yang juga berfungsi sebagaipangrengga lagu adalah suling. Instrumen ini 


terbuat dari bambu wuluh atau paralon yang diberi lubang sebagai penentu nada ataularas. Pada salah satu 

ujungnya yaitu bagian yang di tiup yang melekat di bibir diberi lapisan tutup dinamakan jamangan yang 

berfungsi untuk mengalirkan udara sehingga menimbulkan getaran udara yang menimbulkan bunyi atau suara 

Adapun teknik membunyikannya dengan cara di tiup. Di dalam tradisi karawitan, suling ada dua jenis, yaitu 

bentuk suling yang berlaras Slendromemiliki lubang empat yang hampir sama jaraknya, sedangkan yang 

berlaras Pelog dengan lubang lima dengan jarak yang berbeda. Ada pula suling dengan lubang berjumlah 

enam yang bisa digunakan untuk laras Pelog danSlendro. Untuk suling laras Slendro dalam karawitan 

Jawatimuran apabila empat lubang di tutup semua dan di tiup dengan tekanan sedang nada yang dihasilkan 

adalah laras lu (3), sedangkan pada karawitan Jawatengahan lazim dengan laras ro (2).